Pembalut Anion Surabaya - Sebagai seorang ahli onkologi medis yang mengkhususkan diri pada kanker gastrointestinal di lembaga penelitian, Rebecca A. Moss mengaku miris setiap kali melihat pasien yang menderita kanker kolorektal terminal berpikir bisa mengabaikan saran dokter dan melindungi diri dari kanker dengan vitamin dan suplemen lainnya. "Literatur medis telah berulang kali membuktikan mereka salah," katanya, dalam tulisannya di Slate.com.
Tindakan pertama untuk memastikan adanya kanker atau tidak adalah dengan melakukan tindakan medis yang disebut kolonoskopi. Prosedur ini dapat menemukan tumor atau polip pra-kanker sebelum mereka tumbuh menjadi mematikan.
Benar, katanya, kanker kolorektal bisa dicegah. "Tapi, tidak dengan mengambil suplemen vitamin," katanya. Pencegahan terbaik untuk kanker kolorektal, menurut dia, adalah olahraga.
Sayangnya, kata dia, kebanyakan orang mengabaikannya. Ia mencontohkan lebih dari setengah orang Amerika justru mengonsumsi suplemen diet, kebiasaan yang belum terbukti untuk mencegah kanker.
Dalam kaitan dengan olahraga ini, kebanyakan orang hanya meyakini olahraga hanya untuk mencegah penyakit jantung, diabetes, dan obesitas. "Padahal, kemampuan olahraga untuk mengurangi kematian akibat kanker kolorektal sama mapannya dari sisi hasil penelitian," ujarnya.
Ia menyatakan kegemukan yang menempatkan mereka pada risiko berbagai penyakit. Ada 84 persen peningkatan risiko kematian akibat kanker usus besar untuk kegemukan yang tidak sehat. Sebuah studi baru-baru ini menunjukkan diabetes meningkatkan risiko kematian dari kanker kolorektal sebesar 30 persen . "Tingkat diagnosis kanker kolorektal pada orang di awal usia 40-an tahun meningkat lebih cepat daripada di kelompok usia lainnya," katanya.
Moss menyebut proyek jangka panjang yang disebut Nurse's Health Study, yang antara lain membuktikan wanita yang berolahraga secara rutin memiliki risiko penurunan kanker usus besar hampir setengahnya.
Ia menyebut beberapa efek protektif olahraga mungkin berasal dari pengurangan lemak di sekitar bagian tengah tubuh. Penurunan berat badan melalui diet saja tidak cukup, katanya, karena massa otot yang hilang. "Sebaliknya, senam atau olahraga menghilangkan lebih banyak lemak," katanya.